Wednesday, September 17, 2014

Shane Filan: You & Me Tour in Jakarta

Sebagai penggemar tembang-tembang klasik Westlife, tentu saya tak mau melewatkan kesempatan untuk menyaksikan salah satu mantan personil boyband tersebut beraksi. Konser malam itu pun berbuah momen nostalgia yang manis.

Konser yang diselenggarakan oleh Marygops Studios dan Jakarta City Life ini merupakan bagian dari tur Shane Filan untuk mempromosikan album solo perdananya, ‘You and Me’. Bertempat di Upperroom Annex Building, para fans Shane tampak sudah berkumpul rapi untuk menyambut sang idola. Tak hanya remaja, para penonton dewasa yang merindukan Westlife rupanya juga hadir disana.


Pukul 20.00 lewat, Shane pun menunjukkan batang hidungnya di atas panggung. Tanpa basa-basi ia langsung mendendangkan dua buah lagu dari albumnya yaitu “When I Met You” dan “Everytime”. Ayah tiga anak ini begitu ramah dan murah senyum. Tak jarang ia melambaikan tangan atau memberi kode bagi kerumunan fans yang tak henti meneriakkan namanya.  “Good evening Jakarta, it’s good to be back!” ungkapnya ceria.


Selain lagu-lagu solonya, Shane juga tak luput membawakan sederet greatest hits milik Westlife. “Uptown Girl”, “What Makes A Man”, “Flying Without Wings”, dan “My Love” adalah segelintir diantaranya. Kendati setlist tersaji bak tanpa jeda, kualitas vokal Shane tetap terdengar prima. Tak begitu lama, ia mengambil kursi dan duduk di sisi panggung, dikelilingi oleh band yang diboyong langsung dari negara asalnya. Mereka terdiri dari pemain drum, gitar, perkusi, dan biola. 


Intro familiar berkumandang, yang kemudian menggiring lagu selanjutnya, “Swear It Again”. Seakan sudah hapal lirik diluar kepala, para penonton pun ikut bernyanyi dengan syahdu. “Rasanya semakin panas disini,” kata Shane sembari melepas rompinya, lalu mengenakan kacamata hitam. Ia kembali menghidupkan suasana melalui cover song beberapa lagu hits, seperti “Blurred Lines” milik Robin Thicke dan “Wake Me Up” milik Avicii. Ia juga sempat mengambil blangkon yang dilempar oleh salah seorang penonton lalu memakainya di kepala.

 

“Everything To Me” dan “Knee Deep In My Love” terpilih menjadi lagu pamungkas. “I love you Indonesia!” teriaknya sembari menghilang ke balik panggung. Hal ini ia tunjukkan pula dengan mengunggah fotonya bersama para Filaners (sebutan fans Shane) pada konser malam itu di akun Twitter pribadinya. Thank you Shane for an unforgettable night!

Monday, September 15, 2014

We The Fest 2014: A Brand New Music Festival by ISMAYA Live

Pertengahan tahun ini, Jakarta kembali disuguhi sebuah event yang menggabungkan rangkaian musik beserta hiburan kreatif lainnya dalam festival akbar, We The Fest 2014 (WTF 14). Berikut keseruannya.



Pada hari Minggu, 24 Agustus 2014 silam, areal Parkir Timur Senayan sukses menyedot ribuan pengunjung yang mayoritas merupakan kalangan remaja hingga dewasa. Dengan tampilan hip, mereka tampak tidak sabar untuk segera menyambut rentetan DJ dan musisi, baik lokal maupun internasional, yang akan tampil di dua panggung berbeda, yaitu Banana Palooza dan Clown Chella. Tiap panggung memiliki jadwal masing-masing maka para pengunjung perlu ‘rajin’ mengecek papan schedule yang tersedia di arena agar tidak ketinggalan show yang ditunggu-tunggu.


Panggung Banana Palooza yang bergambar sebuah pisang di bagian atasnya ini dibuka oleh para penampil dalam negeri seperti The Experience Brothers, VOX, LALA, dan Sore. Suasana pun semakin dipanaskan oleh kemunculan Goldroom yang tampil dalam DJ set. Kerumunan orang tak henti mengganggukkan kepala sesuai irama, terutama ketika tembang jagoan “Embrace” dilantunkan. Tak lama setelah Goldroom menghilang di balik panggung, sosok Jessie Andrews pun menggantikannya, diikuti oleh RAC, Mayor Hawthorne, dan Havana Brown hingga langit malam menggelayut seutuhnya.



Konsep festival yang menaungi WTF 14 memang membuatnya terasa berbeda dari acara musik lainnya. Jangan heran ketika tengah ‘sibuk’ berdansa, seketika ada badut berkostum South Park, Gorilla, hingga kelinci dari film Donnie Darko sliweran dengan slogan “Free Hugs”. Tak ayal, banyak orang langsung mengabadikan momen tersebut, bahkan mengajak mereka berfoto bersama.

Beranjak lebih jauh, tampak berbagai booth hiburan yang dapat dihampiri, termasuk tentunya booth “Sing a Song Station” persembahan area dan JUICE, yang juga didukung oleh Converse dan Gatsby. Di sini, siapa pun dapat menuangkan ekspresi sekaligus hobi karaoke mereka serta mendapat goodie bag menarik untuk dibawa pulang.

Nah, saatnya beralih ke panggung utama, Clown Chella. Sebelumnya ia telah dihuni oleh Maliq & D’essentials serta Timeflies hingga akhirnya band indietronica asal Australia, Miami Horror, muncul dan membuat sebagian besar penonton bergoyang energik. Seakan tak memberi jeda, Azealia Banks turut beraksi sehingga lebih banyak lagi pengunjung yang merayap ke dekat panggung. Ribuan tangan terangkat seiring lagu berirama menyentak, “212”, dibawakan dengan apik oleh rapper yang juga kerap dipanggil Miss Bank$ tersebut.



Puas digeber oleh deretan tembang bertempo up beat, saatnya Banks unjuk gigi untuk ‘mendinginkan’ suasana. Penyanyi asal Los Angeles berkarakter vokal sultry dan dreamy itu tampil anggun dalam balutan gaun berwarna gelap yang semakin menguatkan aura misteriusnya. “I wish you guys can hear my heart, it’s beating so fast right now,” ujarnya tersipu malu tatkala melihat antusiasme yang riuh. Banks pun memberi kejutan dengan menyanyikan “Warm Water” versi akustik yang langsung menjadi ajang bernyanyi bersama dengan penonton. Di sisi lain, Havana Brown menghajar crowd dengan set-nya yang berupa EDM masa kini di panggung Banana Palooza.


Ada jeda sekitar setengah jam setelah Banks tampil di panggung Clown Chella. Ratusan penonton langsung memenuhi area di depan panggung Clown Chella, tentu saja untuk menyaksikan penampil utama WTF14, Ellie Goulding. Sekitar pukul 22.30, wanita bersuara unik ini menampakkan dirinya di atas panggung sambil membawakan “Figure 8”, dilanjutkan dengan “Ritual”. Ellie juga menyapa para penonton dan kerap mengatakan, “Why is it so quiet in here? Don’t make me nervous, make some noise!”, yang disambut dengan sorakan ribuan penontonnya. Ia pun memberikan kejutan dengan membawakan “Beating Heart” dan “Your Song” milik Elton John versi akustik.


Ellie terus tampil membawakan lagu hits-nya yang lain, seperti “I Need Your Love”, duetnya dengan Calvin Harris, “Lights”, “You My Everything”, dan menutup penampilannya dengan lagu yang kini menjadi favorit muda-mudi Ibukota, yakni “Burn”. Perhelatan WTF 14 pun berakhir dengan sukses dan kepuasan di wajah para penonton yang hadir. Until We The Fest 2015!

(photos by: Danur Setsumar & Hardiman Widjaseno)

The Belly Clan: Cita Rasa Berbagai Belahan Dunia

Terletak dalam sebuah bangunan yang berdiri di tengah jantung ibukota membuat The Belly Clan luput dari perhatian. Padahal, restoran ini memiliki rangkaian keunikan kuliner yang menarik untuk dieksplorasi. So let us explore!

Atmosfir teatrikal yang cukup kental menyambut kedatangan para pengunjung. Dari luar, daun-daun menjulur yang membuatnya nampak bak taman hijau dalam kota. Di dalamnya sendiri, sepanjang mata memandang dinding restoran ini terbalut batu bata putih, serta terdapat hiasan lampu berbentuk tulisan khas kafe-kafe vintage New York tahun 50an di pojok ruangan ini. Uniknya, selain konsep bar dan semi-open kitchen yang akhir-akhir ini mulai sering diusung berbagai restoran, The Belly Clan juga membangun sebuah dessert bar, yang khusus diperuntukkan bagi para penikmat sajian pencuci mulut untuk menyantap kreasi dessert The Belly Clan sembari bersantai.



Nama “The Belly Clan” sendiri bermakna sekumpulan orang yang mencintai dunia kuliner, termasuk mengusun misi menggabungkan kekayaan citarasa makanan dari berbagai belahan dunia. Restoran ini pun mengangkat konsep Asian fusion yang dilebur dengan selera Western. Selain memenuhi selera lidah orang Asia, ia juga tidak meninggalkan sentuhan rasa khas Barat di dalamnya. Penasaran? 

Mari kita mulai dengan menu pembuka Mini Asian Sloppy Joes! Modifikasi American dish ternama Sloppy Joe yang serupa dengan burger, namun  menggunakan daging cincang yang telah sedikit dihaluskan tanpa meninggalkan tekstur daging yang renyah. Sesuai namanya, Mini Asian Sloppy Joes kreasi The Belly Clan ini berukuran mini, dengan tambahan telur setengah matang, mayo, saus tomat, dan salada khas isian roti lapis. Disantap bersama potato chips sebagai side dish, menu ini tak hanya gurih tapi juga bergizi.



The Belly Clan juga turut bermain dengan hidangan terkenal Singapura, yaitu Chili Crab, yang dipadupadan dengan Fetuccini. Rasa pedas yang dikeluarkan dari bumbu kepiting tersebut terasa pas ketika dikecap bersama pasta asal Italia tersebut. Mau yang lebih tak biasa? Cobalah Soba Carbonara! “Mie” dingin asal Jepang dengan warna keunguan sebagai cirikhasnya ini diramu dengan saus Carbonara creamy, tak ketinggalan beef bacon, bell peppers, cheese parmesan, dan crispy basil leaves yang meninggalkan aromatic aftertaste bagai mint dan merica.

Jangan salah, restoran yang dipandu oleh Chef Hengky Efendy yang telah berpengalaman sebagai ‘anak buah’ Gordon Ramsay ini tidak meninggalkan citarasa kuliner kebanggaan negeri sendiri dalam menunya. Dibuktikan dalam salah satu sajian jagoan The Belly Clan, Short Rib Angus Cabai Hijau. Ya, sambal cabai hijau yang biasanya Anda temui di masakan Padang itu kini telah menjadi teman padu-padan Angus beef pilihan tanpa kehilangan karakteristik pedas-nikmatnya yang sudah familiar di lidah kita.


Sebagai penutup, The Belly Clan memiliki koleksi dessert yang mungkin juga cukup jarang Anda temui sebelumnya. Misalnya, Pannacota with Black Sesame Sauce (vanilla pannacota dengan siraman saus wijen hitam yang menimbulkan sensasi asin dan gurih), atau Bread and Butter Pudding with Butterscotch Sauce hangat yang dinikmati bersama Vanilla Ice Cream. LOVE IT!

Jangan lewatkan kesegaran signature drinks spesial hasil racikan The Belly Clan. Ada Bananarama, Fashion Kiwi, Belly Rainbow, dan Madame Choo. Jika ingin mencoba wine, di sini tersedia lebih dari 200 jenis koleksi wine. Masih ingin tahu menu-menu unik lain yang ‘tersembunyi’ di sini? Silahkan kunjungi The Belly Clan!


(photos: Doc. The Belly Clan)


The Belly Clan Eatery & Bar
Lobby Intiland Tower, Jln. Jend. Sudirman, Kav. 32, Jakarta
Ph: 021 57906000
Opening Hours: 10.00 – 24.00 (Weekdays), 10.00 – 02.00 (Weekends)
Average Spending: Rp 100.000,00 – Rp 200.000,00 for each person

AWKitchen: Italian Cuisine Meets Japanese Twist

Restoran asal Tokyo yang dimotori oleh seorang celebrity chef ternama ini telah mengundang antisipasi para pecinta kuliner semenjak ia resmi dibuka. Saya pun bergegas kesana untuk mengusir rasa penasarannya.

PASTAHOUSE AWkitchen adalah restoran milik Akira Watanabe yang berasal dari Tokyo, Jepang sejak tahun 2004. Akira sendiri merupakan mantan sosok Master Chef dibalik Global Dining yang menangani Café La Boheme, Tableaux, Stellato, Gonpachi, dan lain-lain. Kini ia khusus memfokuskan diri pada bisnis makanan, termasuk mengukuhkan nama restoran ini yang disingkat menjadi AW.

Terletak di Plaza Senayan, inilah pertama kalinya AWkitchen dibuka di luar negeri selain Jepang. Konsep yang diusung adalah restoran keluarga. Untuk itu area dibagi menjadi 2, yaitu smoking area bagi para tamu yang merokok, serta area non smoking pada sisi belakang untuk yang tidak ingin terkena asap rokok, terutama anak-anak. Tentunya, pembagian ini menjadi nilai plus tersendiri.

 

Nuansa desain interior dipilih dari paduan gaya eksotis dan modern. Seperti sisi langit-langit yang terlihat cantik berkat hiasan lampu-lampu daur ulang kaya warna hasil kreasi beberapa seniman asal Brazil, Spanyol, dan Kolombia, atau eratnya ciri khas Italia yang diwakili oleh selimut bebatuan pada sebagian sudut dinding.

Layaknya di negeri Sakura, AWkitchen di Jakarta juga menganut konsep open kitchen. Maka, para tamu bisa melihat langsung Tanaka Hidekazu (executive chef) dan Hiroshi Sano (sous chef) tengah hilir mudik menyiapkan aneka pesanan dengan ketelitian tinggi. Satu perbedaan yang terletak antara AWkitchen Jepang dan Jakarta adalah hanya disini Anda akan menemukan hidangan pizza. Mereka dimasak langsung di dalam tungku api tradisional untuk memperkuat aroma dan cita rasa yang asli.

Nah, sekarang mari kita beralih ke menu. AWkitchen membaginya atas beberapa kelompok, diantara lain cold appetizer, hot appetizer, cold pasta, pasta, risotto, dan lain-lain. Dari cold appetizer terdapat beberapa nama seperti Black Angus Beef Tataki with Soy Truffle Sauce dan Salmon Salad with Arugula Fresh Orange. Sedangkan untuk hot appetizer ada Dory Fish Potato Pancake atau ‘Soup of The Day’ yang dapat Anda tanyakan langsung pada saat berkunjung. 




Ternyata, kekuatan AWkitchen terletak pada kreasi-kreasi cold pasta yang terbuat dari homemade pasta serta bahan-bahan yang begitu segar. Jangan lewatkan lezatnya Cappelini Genovese with Sea Urchin dan Cappelini in Lemon Cream Sauce with Crab and Code Roe sebagai pilihan main course utama Anda. Jika mengidamkan pasta yang kaya akan saus, tenang, AWkitchen telah menyiapkan 3 macam homemade sauce yang menggugah, yaitu cheese & cream, tomat, serta kombinasi garlic, oil & cayenne. Cita rasa yang diramu oleh bahan-bahan alami berkualitas membuat tiap sajian terasa ringan namun tetap berkarakter kuat.

Seperti untuk menu ikan, misalnya. Sengaja tertulis di buku menu ‘catch of the day’, sebab jenis ikan yang ditawarkan memang tergantung dari yang tersedia saat itu. Selain itu, AWkitchen juga menawarkan hidangan ayam organik yang dipanggang dengan wasabi pepper sauce, menghasilkan rasa yang tak hanya nikmat tapi juga unik.



Suasana nyaman semakin didukung oleh pelayanan yang ramah dan sangat helpful. Jangan segan bertanya mengenai menu-menu bernama cenderung ‘asing’, karena para pelayan akan sigap membantu menjelaskannya kepada Anda. Akhirnya, kunjungan pun ditutup sempurna oleh sajian Banana and Strawberry Tiramisu yang manis nan lembut. Rasa-rasanya AWkitchen sukses memenuhi ekspektasi lewat segala keunikan dan kelebihan yang dibawanya.


(photos: Doc. AWkitchen)


AWkitchen
Plaza Senayan Level P4
Ph: 021 5790 6071
Opening hours: 10.00 – 22.00
Average Spending per person: Rp 100.000 – Rp 250.000
Twitter: @awkitchen_jkt

Sunday, September 14, 2014

Ikuze: Pop Arts, Great Fusion & Kanpai!

Awalnya, saya sempat dibuat kebat-kebit oleh ‘gerbang kayu’ raksasa yang membuat restoran satu ini terlihat bak sebuah kerajaan kecil yang eksklusif. Namun pikiran tersebut langsung terbuang jauh-jauh ketika ia tiba di dalamnya.

Modern dan friendly! Begitulah kesan yang saya tangkap ketika melangkahkan kaki ke restoran yang sebelumnya juga ada di Epicentrum Kuningan ini. Sepanjang mata memandang, sebagian besar dinding di Ikuze dilapisi oleh lukisan-lukisan komikal bergaya Jepang kental dengan corak warna-warna cerah. Semuanya terpatri begitu detil, bagaikan pop art modern yang memberi kesan santai serta playful pada atmosfernya.


 

Uniknya, di Ikuze Kemang Village ini ada jejeran food stalls yang terbagi sesuai dengan jenis masakannya masing-masing, seperti grilled stall atau sushi stall. Sehingga, para pengunjung pun dapat menyaksikan sendiri proses pembuatan makanan mereka secara lebih seksama. Tak hanya itu, suasana bak street food di Jepang pun terbangun dengan apik disini. Lampion-lampion merah menggantung di langit-langit, lengkap disertai pepohonan sintetis yang benar-benar membuat Anda serasa tengah ‘berkelana’ ke suatu sudut kecil di negeri Sakura yang dipenuhi oleh warung-warung makan pinggir jalan di sekelilingnya. Istimewa, bukan?

 Para pelayan berbalut kimono nampak sibuk mondar-mandir dengan nampan kayu di tangan. Sekaranglah saat yang tepat untuk mulai mencicipi kreasi modern Japanese fusion food by Ikuze! Tanpa basa basi, saya langsung memilih Sushi sebagai starter. Maka, hadirlah Crazy Crab Shake Roll di hadapan. Tampilannya saja sudah menggiring air liur di dalam mulut. Bagaimana tidak, rentetan panjang sushi dengan potongan besar-besar itu nyaris ‘tenggelam’ dalam limpahan mayonnaise, thousand island, serta yang membuatnya unik, taburan abon ayam di atasnya. Sedangkan di dalam tiap-tiap potongan sushinya sendiri penuh sesak akan isian crab stick, timun, dan salmon segar. Dalam satu gigitan saja, paduan rasa creamy, gurih, serta crunchy berkat telur-telur ikan yang ‘meletus’ di lidah terasa ‘meledak’ di dalam mulut! Wow, it just tastes great and definitely a must try! 


 
Beralih ke menu berikutnya yang tampil tak kalah cantik, hadirlah Crazy Tempura Morimoto. Dalam satu mangkuk besar ini hadir beberapa jenis tempura sekaligus, sebutlah tempura udang, scallop, snapper fish, jamur shiitake, dan baby carrot. Uniknya, Ikuze tidak menggunakan saus kecap asin seperti menu tempura kebanyakan, melainkan Blue cheese dressing sebagai pengganti. Yup, dressing ini memiliki cita rasa serupa akan mashed potato berkat kandungan kentang di dalamnya, dan semakin sempurna karena dipadu oleh blue cheese dengan rasa asin keju yang lebih gurih. Tak disangka, renyahnya tempura melebur cantik dengan si Blue cheese dressing ini. Benar-benar satu karya fusion yang sayang jika dilewatkan begitu saja.

 
Belum puas dimanja oleh dua menu andalan sebelumnya, kini datanglah si primadonna, Ikuze Hambagu. Bentuknya sedikit mengingatkan akan burger, tapi ia memiliki base nasi Jepang yang tercetak bulat utuh. Diatasnya terdapat dua lapis beef patty, telur mata sapi, serta taburan rumput laut. Yang lebih membuatnya istimewa adalah saus kecokelatan di sekelilingnya yang ternyata terbuat dari kedelai hitam dan jamur. Rasanya sedikit tajam, namun ada sentuhan asin dan manis dari bumbu-bumbu yang khas. Nikmat sekali disantap selagi panas!

Perut kenyang, saatnya beralih ke bar kayu dengan lampu neon bertuliskan “Kanpai!” (dalam bahasa Jepang bermakna: “Cheers!”) yang terletak di sudut restoran. Disini kita dapat bersantai sembari memilah milih sake, cocktail atau mocktail yang tepat untuk menemani kala sore hari. Segelas Sap of Lily rasanya pas sekali bagi para pecinta buah, karena ia terbuat dari racikan yoghurt, jeruk, leci, susu, dan sentuhan melon syrup. It’s creamy and fresh!


Jika mulut masih ingin ngemil-ngemil cantik, Ikuze menyediakan desserts manis seperti Green Tea Cold Crepes with Kiwi & Melt Choco atau Ogura Chocolate Banana. Hmm.. iri kan? Silahkan saja tancap gas ke Ikuze Kemang Village!


(photos by: Sofyan Effendi)


Ikuze
Kemang Village Lt. UG Unit 00.01
Ph: 021 295 283 56
Price range: Rp 15.000,00 – Rp 280.000,00
Twitter: @IkuzeJakarta

Giyanti Coffee: The Coziest Spot to Chill


Perjalanan panjang dibawah terik matahari pada siang hari itu terbayar sudah ketika saya tiba di coffee shop mini nan teduh itu. Berikut paparannya.


Letaknya persis di seberang jejeran tempat jual tas-tas antik di daerah Menteng. Ada sebuah plang kayu bernama ‘Giyanti Coffe’ menjulang sehingga ia tidak terlalu sulit untuk ditemukan. Lokasinya sedikit ‘nyempil’ di dalam, namun ia benar-benar cozy dan terasa private. Nyatanya, cukup banyak kalangan ekspatriat yang dapat seharian menghabiskan waktu disini.

Atmosfer vintage industrial menyambut hangat ketika kita memasuki coffee shop berkapasitas 50 orang ini. Semerbak aroma kopi yang kuat menghampiri hidung. Nama Giyanti sendiri simbolik dari artian tanah Jawa. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa sebagian besar biji kopi yang disediakan disini asli berasal dari Indonesia, seperti Garut dan Bali. Bahkan, gerai ini sendiri tutup setiap hari Minggu – Selasa karena sang owner berkeliling ke beberapa kota di tanah air untuk mencari biji kopi terbaik!


Sesap saja nikmatnya secangkir Java Natural Coffee Latte hangat dengan tekstur buih creamy lembut dan aroma buah-buahan alami. Istimewanya, ada after taste berupa brown sugar di lidah walaupun ia tidak ditambahkan gula sedikit pun. Sempurna sekali ketika ia dinikmati bersama camilan pastry buatan Giyanti Coffee sendiri. Ada Chicken Mushroom Pie, dengan daging ayam dan jamur melt yang lezat di dalamnya untuk pilihan savory. Sedangkan untuk yang manis, wajib dicoba Apple Pie khas Giyanti. Kulit pastry yang hangat dan renyah itu nampak keemasan. Ketika digigit, cita rasanya sungguh garing dan lelehan caramelized apple di dalamnya berpadu dengan manis.




Kedai kopi ini juga seru untuk cuci mata, lho. Tersedia berbagai jenis mainan kuno seperti congklak, hingga miniatur becak yang tertata rapi. Uniknya, mejanya sendiri merupakan gerobak alat angkut kopi zaman dahulu lengkap dengan dua buah roda di sisi-sisinya.

Ingin bersantai dengan tenang sembari melepaskan diri dari penatnya kesibukan ibukota? Silahkan berkunjung ke Giyanti Coffee dan nikmati kekayaan rasa kopi Indonesia disini.

(photos by: Natasha)


Giyanti Coffee & Roastery
Jl Surabaya no. 20, Menteng, Jakarta Pusat
Telp: (021) 3192 3698
Harga: Rp 6.000 – Rp 37.000
Jam buka: Pk 9.30 – Pk 17.30 (hari Rabu sampai Sabtu)


EXO: The Lost Planet in Jakarta



The wait is over! Setelah diantisipasi sekian lama oleh ribuan fansnya, grup boyband EXO akhirnya bertandang ke tanah air pada 6 September 2014 silam dalam rangka konser tunggal perdana mereka. Saya pun rela berdesak-desakkan di bawah rintik hujan demi menyaksikan perhelatannya.


Nampaknya ada benarnya jika selama ini Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu ‘sarang’ sebagian besar fans artis-artis SM Entertainment berada, tak terkecuali EXO. Hal ini dengan mudah terlihat dari kerumunan antrian yang memadati pintu masuk Lapangan D Senayan pada hari Sabtu itu. Meski konser dijadwalkan mulai pada pukul 18.30, sedari pagi para fans sudah siap tempur dengan berbagai atribut yang berhubungan dengan grup kesayangan mereka tersebut, mulai dari kipas, gelang, tas, hingga seragam yang menyerupai kostum panggung bertuliskan nama-nama member EXO. Bahkan, tak sedikit yang telah menginap di tempat dari malam sebelumnya demi mendapatkan posisi strategis saat menyaksikan sang idola beraksi.

  
Benar saja, tepat menjelang konser dimulai, hamparan sisi penonton langsung dihiasi oleh ayunan neon lighstick yang menyala-nyala. The Lost Planet in Jakarta juga terbilang istimewa karena panggung raksasa berbentuk heksagonal bagaikan lambang EXO tersebut khusus didesain seperti konser di Olympic Gymnastics Arena, Seoul, tempat EXO pertama kali memulai tur ini. Pekikan suara para fans yang bergemuruh menyambut saat tirai putih terbuka. Kedua layar di sisi kiri dan kanan panggung memperlihatkan seseorang menabuh beduk yang bergambarkan logo EXO, pertanda acara sudah siap dilangsungkan.


‘MAMA’ yang merupakan tembang debut grup beranggotakan 11 orang ini dipilih sebagai lagu pembuka, dilanjutkan oleh ‘Let Out The Beast’ dengan hujanan sinar laser berwarna hijau dan rentetan kembang api yang meletup dari bagian depan panggung. “We are one!” sapaan akrab khas EXO pun berkumandang saat sesi perkenalan. Raut-raut wajah lelah mereka nampak kembali berseri melihat dukungan para fans yang begitu antusias. 


Kemudian, masing-masing personil pun unjuk kebolehan melalui solo stage. Ada sang dancing machines Lay dan Kai dengan dance solo mereka, Chanyeol si penggebuk drum, atau Baekhyun dan D.O yang memamerkan kekuatan vokal mereka lewat lagu ‘Tell Me What is Love’ dan ‘My Turn to Cry’. Sayang, salah satu personil yaitu Sehun tengah mengalami cedera, maka ia belum dapat tampil maksimal pada malam itu. 

Momen menggemaskan muncul ketika layar memperlihatkan slideshow foto-foto masa kecil EXO, dilanjutkan oleh tembang syahdu ‘Angel’. Suasana semakin riuh saat seorang penggemar beruntung diajak naik ke atas panggung dan dapat berinteraksi langsung dengan EXO, sembari disenandungkan berbagai lagu. Lucunya, mereka juga turut membawakan cover dari lagu-lagu hits para senior seperti “Sorry Sorry” milik Super Junior, “Ring Ding Dong” milik SHINee, dan “Gee” milik SNSD.


“Pertunjukkan hari ini asyik sekali. Indonesia yang terbaik!” ucap Chanyeol sambil mengacungkan jempol. Rintik hujan pun turun seiring EXO membawakan ‘Baby Don’t Cry’, membuat penampilan tersebut begitu dramatis. Konser ditutup dengan encore ‘Wolf’, ‘Growl’, dan ‘Lucky’. Meski sepenuhnya basah oleh hujan, malam itu senyum mengembang sukses terpatri di wajah para fans yang datang. Terima kasih Dyandra Ent. dan EXO untuk suguhan yang tak terlupakan!


(photos: Doc. SM Entertainment)